ada beberapa penjelasan tentang cinta. Kamu kayaknya nggak ada salahnya kalo tahu soal ini. Oke, biar nggak makan banyak tempat dan ngebusa mulu di prolognya, kita jembrengin dan pretelin satu per satu tentang karakter cinta ini. Siap ya. Go!
Cinta=perasaan sekaligus akal sehat
Bro, benar banget. Cinta emang soal rasa. Meski demikian, bukan berarti akal sehat ditaro di dengkul dong. Oya, karena cinta tuh sangat luas, maka penampakkannya juga ngikuti naluri yang dimiliki manusia. Misalnya aja nih, orang bisa cinta mati sama benda, juga bisa cinta sama Allah Swt, RasulNya, ortunya, kaum muslimin secara umum, dan juga sama lawan jenis. Cinta emang luas, Bro.
Betul banget, kita jatuh cinta dengan hati. Tapi agar tidak menimbulkan kekacauan di kemudian hari, kita diharapkan untuk juga menggunakan akal sehat. Bohong besar deh kalau kita bisa jatuh cinta dengan begitu saja tanpa bisa mengelak. Yang sesungguhnya terjadi, proses jatuh cinta dipengaruhi tradisi, kebiasaan, standar, gagasan, dan ideal kelompok dari mana kita berasal.
Nol besar pula kalau kita merasa boleh berbuat apa saja saat jatuh cinta, dan tidak bisa dimintai pertanggungan jawab bila perbuatan-perbuatan impulsif alias memperturutkan kata hati itu berakibat buruk suatu ketika nanti. Kehilangan perspektif bukanlah pertanda kita jatuh cinta, melainkan sinyal kebodohan. Waduh sadis banget bahasane.
Jadi nih, akal sehat tetap kudu kita jadikan pertimbangan juga biar nggak nyelenong ngikutin perasaan aja. Bisa bahaya besar, tuh!
Cinta membutuhkan proses
Setuju banget deh. Cinta emang butuh proses. Butuh waktu agar bisa tumbuh perasaan satu sama lain. Ini khususnya cinta dengan lawan jenis ya. Eh, kalo pun ada orang yang love at first sight, tentunya bukan cinta namanya, tapi ketertarikan. Karena ketertarikan orang bisa dengan begitu mudah muncul manakala ada obyek yang memang menurutnya menyenangkan. Tapi cinta nggak begitu ternyata. “Cinta itu tumbuh, berkembang dan merupakan emosi yang kompleks,” kata Bowman, salah seorang pakar psikologi.
Sobat, untuk tumbuh dan berkembang, cinta membutuhkan waktu. Jadi emang nggak mungkin kita mencintai seseorang yang tidak ketahuan asal-usulnya dengan begitu aja. Cinta nggak pernah menyerang tiba-tiba, nggak juga jatuh dari langit. Cinta datang kalo udah saling kenal dan memahami pribadi masing-masing meski nggak terlalu detil. Jadi, minimal emang kenal dulu: siapa sih si dia itu?
Itu sebabnya, cinta insya Allah bisa aja tumbuh kalo kita terus ketemu dan saling komunikasi. Teman dekat yang saling mencintai, itu hanya bisa dicapai setelah kedua partner itu lama hidup bersama. Sehingga tahu kebiasaannya masing-masing, tahu makanan favoritnya, warna kesukannya, sampe tahu jadwal tidurnya, tahu tempat nongkrongnya, dan segala hal yang berkaitan dengannya.
Begitu pun kalo kita mencintai Islam, akan semakin lengket dan bahkan bangga dengan Islam ketika kita udah lama ‘berkenalan’ (baca: belajar) dengan Islam. Nggak mungkin tumbuh cinta kepada Islam kalo kitanya aja nggak berusaha mengenal lebih dalam tentang Islam dengan cara mempelajarinya. Setuju nggak?
So, kalo ada orang bisa jatuh cinta pada saat ketemuan pertama kali, sebenarnya bukan sedang jatuh cinta tuh, tapi sedang tertarik satu sama lain dengan ketertarikan yang amat sangat luar biasa. Hal ini perlu ditindaklanjuti, yakni dengan berusaha untuk mengenal lebih dekat dan lebih dekat lagi. But, kudu tahu rambu-rambu juga dong kalo urusannya dengan lawan jenis yang bukan mahram. Sebab, nggak bisa bebas sesuka kita tuh. Boleh kenalan lebih dalam, kalo niatnya emang untuk menikah degannya. Ssstt... kalo untuk pacaran? Hah? Hari gini masih pacaran? Nggak lha yauw!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar